The New Leader
Kesuksesan

Home

Pemimpin | organisasi | Kesuksesan | manajemen | Potensi | Customer Accolades | Tips | New Page Title

Questions or Comments?


INGIN BERHASIL?
Buang Racunnya, Ambil Madunya
Roy Sembel dan Sandra Sembel (Dirut EdPro, edpro@c...)

Hampir dapat dipastikan bahwa semua orang ingin sukses.
Sukses dalam meraih prestasi di dunia pendidikan, pergaulan,
pekerjaan, dan keluarga. Meraih sukes memang tidak mudah, tapi semua
orang punya kesempatan untuk meraih sukses asalkan mereka mampu
membuang belenggu "racun" yang menghambat sukses, dan memetik madu
yang menunjang sukses. Apa racun dan madu tersebut? Simak pembahasan
empat racun dan madu berikut.

BUANG RACUNNYA

Racun tikus digunakan untuk membunuh binatang pengerat yang
merusak ini. Pestisida digunakan sebagai zat untuk meracuni serangga
yang menggeragoti tanaman. Semua racun memang memiliki sifat merusak,
bahkan membunuh. Semua racun digunakan untuk melenyapkan obyek yang
menjadi sasaran racun tersebut. Demikian juga dengan "racun" bagi
keberhasilan. Banyak orang mengalami kegagalan karena mereka tidak
bisa melepaskan diri dari belenggu "racun" yang menghambat mereka
untuk meraih sukses.

Takut salah
Tahukah anda bahwa penemu bola lampu ini harus mengalami 10.000
kesalahan sebelum menemukan bola lampu? Banyak orang yang kemungkinan
besar tidak akan berani lagi mencoba ketika melakukan kesalahan untuk
yang pertama kali, terlebih lagi ketika kesalahan berulang, karena
salah dianggap identik dengan gagal. Apa jadinya jika Thomas Alva
Edison tidak meneruskan usahanya ketika pertama kali melakukan
kesalahan dan mengalami kegagalan? Mungkin sekali kita sekarang masih
hidup dalam kegelapan. Tapi tidak demikian dengan Edison, ia sama
sekali tidak takut salah dan tidak takut gagal. Ketika di interview
oleh seorang wartawan mengenai kesalahan dan kegagalan yang harus
dialami, Edison berkomentar, "Saya tidak gagal, saya hanya menemukan
9.999 cara yang salah untuk membuat bola lampu."

Putus Asa
Racun kedua yang pasti berhasil membunuh "sukses" adalah sikap cepat
putus asa. Apa jadinya dengan Indonesia, jika Imam Bonjol, Cut Nyak
Dien, Pangeran Diponegoro, bahkan Jendral Sudirman serta merta putus
asa ketika dipukul mundur oleh Belanda? Apa jadinya jika para pejuang
kemerdekaan berhenti berusaha ketika melihat banyak masalah
menghadang? Kemungkinan besar, kita masih hidup di bawah belenggu
penindasan. Namun, bukan ini yang terjadi pada kita. Para pahlawan,
tokoh pejuang, dan seluruh rakyat Indonesia tidak putus asa walaupun
mengalami berbagai masalah, penderitaan, penipuan, penyiksaan selama
kurang lebih 350 tahun. Mereka terus berusahan mencari jalan keluar
dari tekanan pendudukan asing. Akhirnya, setelah 3.5 abad berjuang,
usaha mereka membuahkan hasil gemilang.

Emosi negatif
Bagaimana perasaan anda jika anda tidak bisa berkomunikasi dengan
orang-orang sekitar? Bagaimana perasaan anda jika anda tidak bisa
melihat keindahan alam, wajah orang-orang terkasih, ataupun menikmati
pemandangan yang spektakuler? Bagaimana perasaan anda jika anda tidak
bisa mendengar merdunya kicauan burung, lagu kesayangan anda, ataupun
suara orang-orang terkasih yang ada disekitar anda? Bisa jadi anda
marah besar, menjadi sangat sedih, atau kombinasi keduanya. Semua
inilah yang dialami oleh Helen Keller yang mengalami tuna ganda:
tidak bisa melihat dan mendengar. Helen memang marah. Ia juga sedih.
Kedua persaaan negatif ini memang pernah mampir pada tokoh pendidik
yang dikagumi dunia ini. Tapi Helen tidak membiarkan kedua racun ini
menggeragoti kehidupannya. Helen menolak untuk tenggelam dalam
kesedihan dan kemarahan. Dengan bantuan sang guru yang setia, Helen
berhasil mengubah energi yang ditimbulkan dari kedua perasaan negatif
tersebut, menjadi semangat juang untuk meraih sukses, dan, sukseslah
yang ia raih.

Kerja sendiri
Robinson Crusoe, yang digambarkan dengan sangat apik dalam film layar
lebar pemenang piala Oscar, "Cast Away", hampir gila ketika terdampar
sendirian di sebuah pulau yang tak berpenghuni. Iapun menciptakan
sebuah karakter imajiner dari sebuah bola untuk diajak bicara, dan
berbagi rasa. Kebutuhan untuk bekerja sama, sudah menjadi sifat alami
manusia. Namun, banyak orang yang mengabaikan sikap ini, dan lebih
mengandalkan kemampuannya sendiri untuk meraih yang dicita-citakan.
Seringkali, karena terlalu fokus pada diri sendiri, seseorang bisa
bersikap egois, tidak hormat pada orang-orang sekitarnya. Akibatnya,
orang tersebut tidak mendapat dukungan dari pihak-pihak yang
sebenarnya diperlukan untuk meraih sukses. Tenaga, pikiran,
kemampuan, waktu yang kita miliki sangatlah terbatas. Jika bekerja
sendirian, kita hanya mampu menyelesaikan satu bagian dalam satu
hari, maka dengan menggalang kerja sama dengan berbagai orang, dalam
satu hari pasti kita bisa melipat gandakan hasil yang bisa diraih.
Jadi untuk meraih sukses besar, kita perlu melibatkan orang-orang
yang tepat: keluarga, teman, bahkan juga pesaing.

Menghinari keempat racun ini memang tidak menjamin bahwa kita dapat
meraih sukses dengan mudah. Tapi paling tidak dengan memahami racun-
racun tersebut, kita bisa menghindari terjadinya kegagalan.

AMBIL MADUNYA

Setelah mengetahui empat racun pembawa kegagalan, langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi madu yang dapat kita manfaatkan
untuk menopang usaha kita meraih keberhasilan.

Cinta
"Kegunung engkau ikut, kegurun engkau turut, bersama sehidup semati,
demikian kau ucapkan janji," demikian gambaran Titik Puspa tentang
Cinta dalam lagunya dengan judul yang sama. Pepatah juga mengatakan
bahwa jika kita mencintai pekerjaan kita, kita tidak merasa seperti
bekerja. Artinya, jika kita mencintai apa yang kita kerjakan, kita
akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan pekerjaan tersebut
berhasil tanpa merasa terbeban untuk melakukan hal tersebut.
Kekuatan "Cinta" memang sangat dahsyat. Energi yang dihasilkan
oleh "Cinta" juga sangat besar. Jadi, "Cinta" memberikan kita
semangat untuk meraih sukses dari apapun yang kita kerjakan. Jika
Mozart ataupun Bethoven tidak mencintai pekerjaan mereka, pasti musik-
musik yang mereka hasilkan tidak akan menjadi maha karya klasik yang
mampu hidup terus dan dinikmati terus sampai saat ini. Jika Leonardo
da Vinci, tiak mengerjakan lukisan-lukisannya dengan rasa cinta,
kemungkinan besar lukisan wanita yang berjudul "Monalisa" tidak akan
memiliki senyum yang menawan dunia. Jika Mother Theresa tidak
mencintai pekerjaannya yang berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan,
ibu ini pasti tidak akan mendedikasikan seluruh hidupnya tanpa pamrih
untuk menghibur, berdoa, dan membantu kaum miskin di India.
Singkatnya, tanpa Cinta, tak ada perkara besar yang berhasil
dituntaskan.

Harapan
Rasa cinta yang besar, yang ditunjang dengan harapan yang terus
hidup, merupakan senjata ampuh meraih sukses. Albert
Einstein "divonis" oleh guru sekolah dasarnya sebagai anak yang
bodoh, yang sulit untuk meraih sukses karena nilai-nilai akademisnya
yang rendah. Jika orang tua Einstein dan juga Einstein sendiri
menjadi kehilangan harapan, kemungkinan besar mereka akan
menghentikan usaha untuk memberikan pendidikan bagi Einstein, dan
Einstein tidak akan terkenal sebagai ilmuwan besar seperti sekarang
ini. Demikian juga dengan tim piala dunia Korea Selatan yang secara
mengejutkan membukukan prestasi gemilang di piala dunia yang lalu.
Guus Hiddink, pelatih asal Belanda dari kesebalsan Korea Selatan
menaruh harapan pada anak didiknya tersebut, sehingga ia bersedia
melatih mereka, dan memompakan semangat agar tim ini bisa melakukan
yang terbaik untuk meraih sukses. Jadi, tanpa harapan, tak ada
keputusan yang diambil. Tanpa harapan, tak ada semangat yang bisa
dipompakan. Tanpa harapan, tak ada tindakan yang akan dilakukan.
Tanpa harapan, tidak akan ada perubahan. Tanpa harapan, tak ada mimpi
yang bisa diraih.

Rencana
Cita-cita akan tetap menjadi cita-cita tanpa rencana untuk
mewujudkannya. Banyak orang yang gagal karena mereka tidak memetakan
rencana aksi untuk meraih tujuan keberhasilan yang telah ditetapkan.
Kegagalan bisa juga terjadi karena waktu yang ditetapkan pada rencana
aksi tidak disesuaikan dengan kondisi orang tersebut. Jadi setelah
tujuan ditetapkan, kita perlu menyusun rencana strategis untuk meraih
tujuan tersebut. Dalam penyusunan rencana, kita perlu memikirkan
kemampuan, sumber daya, dan fasilitas yang kita miliki. Penyusunan
rencana juga membantu kita untuk melihat apa yang kita perlukan dan
apa yang perlu kita persiapkan untuk mewujudkan tujuan. Dengan
demikian, ketika kesempatan melintas, kita bisa cepat mendeteki dan
sudah siap untuk meraihnya. Rencana aksi juga perlu disusun untuk
mengantisipasi tantangan yang mungkin ditemui, sehingga jika
tantangan tersebut datang menghadang, kita tidak panik, tapi dapat
sigap mengambil tindakan yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk
mengatasi tantangan tersebut. Rencana bisa disusun dalam bentuk
daftar kegiatan yang disusun berdasarkan waktu pelaksanaan, maupun
skala prioritas. Rencana bisa juga disusun berdasarkan skenario yang
mungkin terjadi.

Belajar
Banyak orang yang kehidupannya tidak berubah karena mereka tidak mau
belajar untuk memperbaiki diri ataupun untuk menemukan hal-hal yang
baru. Seorang tukang baso keliling akan tetap menjadi tukang baso
keliling, jika ia tidak mau belajar bagaimana merintis membuka
restoran untuk menyajikan dagangannya. Banyak orang gagal karena
tidak mau belajar dari kegagalan yang dialami, kesalahan yang
dilakukan, dan kesulitan yang dialami. Marie Curie yang menemukan
radium, tidak akan berhasil jika pada percobaan pertama yang gagal,
ia sudah menyerah dan tidak mengambil pelajaran untuk mencoba lagi.
Banyak orang tidak bisa mempertahankan keberhasilan mereka untuk
jangka waktu yang lama karena tidak mau berusaha untuk belajar hal-
hal baru untuk senantiasa memperbaiki diri. Seorang artis terkenal
tidak bisa mempertahankan kesuksesannya karena ia tidak mau belajar
teknik-teknik hiburan baru, strategi promosi baru, ataupun belajar
lagu-lagu baru sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka sudah sangat
biasa dengan apa yang mereka lakukan, sehingga mereka merasa tidak
nyaman jika harus belajar hal-hal baru.

Bagaimana dengan kita? Sudah siapkah kita meraih
sukses? "Madu" mana yang sudah kita terapkan? "Madu" mana yang masih
harus kita perjuangkan? Atau kita masih tarikat pada "Racun" yang
menghalangi datangnya keberhasilan? "Racun" mana yang masih
membelenggu kita? "Racun" mana yang masih kita praktekan? Setelah
menganalisa "peta kekuatan" kita, langkah selanjutnya adalah
membuang "racun" yang masih membelenggu, dan memupuk dan
memanfaatkan "madu" yang bisa memperlancar usaha kita meraih sukses.
Selamat mencoba.

Give us a call at: (800) 555-1212

Or click our address below to send us an e-mail:

info@ourcompany.com

Or you can reach us at our mailing address:

Our Company
Any Street
Anytown, US 01234

Thank you for visiting our site!